Tiba-tiba saja, aku benci dibatasi oleh tembok kamarku
Aku benci melihat ikan mensis ku yang selalu tenang didalam aquarium mungilnya
(kenapa dia masih bisa begitu tenang, sementara ada rindu yang menggunung yang membunuhku perlahan?)
Dan tiba-tiba juga semua lelucon friends itu sama seperti makan angin pada saat kita lapar, tidak mengenyangkan sama sekali
(kenapa mereka masih tertawa sementara ada rindu yang tak terlampiaskan?)
Begitu tiba-tiba, aku marah pada keterbatasan gerak, jarak dan waktu yang menguburku diantara belukar rindu tanpa batas.
Dan begitu tiba-tiba, rindu yang menggunung, yang menyemak, menarikku kepusatnya seperti lumpur hidup, memelukku erat hingga aku kahabisan nafas.(H.P. somewhere in Batam)
Comments