Skip to main content

Featured

Zidan Namanya

Zidan namanya. Pertama ketemu Zidan di tukang sempol ayam, dekat entrance 7 alun-alun Kota Bogor, tadi malam. Dia menawarkan donat, 1 pak isi 2 seharga Rp.5.000. Saya beli 1 pak dan menawarkan sempol ayam. Zidan mengangguk. Tadi pagi, di dalam alun-alun, saya bertemu Zidan lagi. Kali ini, dia tidak membawa donat, melainkan beberapa pak tissue. Saya tegur dia, "Hey, tadi malam jualan donat kan ya?" "Iya Bu, donat punya orang. Sekarang saya bawa tissue, ini juga punya orang. Ibu mau tissue?" Jawabnya. "Boleh deh satu", kata saya. Saya bayar tissuenya, " Ya Allah, makasih banyak Bu". Suara Zidan lirih. Hati saya teriris. Tiba-tiba seorang Ibu lewat sambil membentak, "Jangan di jalan dong!" Sorry, salah kami, ngobrolnya di jalur jalanan dalam alun-alun. Saya gandeng Zidan ke arah pilar taman, dan kemudian kami duduk ngobrol berdua. Kata Zidan ibunya sudah meninggal, ayahnya ngamen di alun-alun, dan kadang di Terminal Loji. "Bapak ngame...

"Dibuang Sayang, Dimadu Perang"

 "Dibuang sayang, dimadu perang". Kalimat di pantat bus tua jurusan Tangerang - Bogor berbunyi seperti itu. Dan kalimat konyol itulah akar dari adu argumen sengit di suatu pagi Sabtu cerah damai sentosa berangin ringan. 


Buat saya, kalimat bodoh itu penghinaan terhadap perempuan, terutama istri-istri yang telah dinikahi oleh pria-pria yang seyogyanya harus dicintai, dilindungi, dinafkahi lahir batin dan dinaungi sebagai makmum dalam rumah tangga. Terlebih, istri-istri tersebut adalah ibu dari anak-anak mereka, jika mereka dikarunia anak. Tapi soal anak ini hanyalah nilai plus, bonus. Bukan berarti jika mereka tidak mampu memberikan keturunan, lantas harus berkurang segala hak dan penghormatan yang sejatinya mereka dapatkan. 


Jelas ini soal poligami, di mana jelas sekali dalam agama Islam diperbolehkan. Yang tidak jelas adalah alasan mereka yang berlaku poligami tersebut. Sebagian (sangat besar) laki-laki menggunakan tameng agama untuk meligitimasi perilaku poligami mereka, mengambil keuntungan dari hukum agama yang tidak mereka gali secara dalam dan menyeluruh, untuk mensahkan sifat tidak puas dan nafsu manusiawi mereka. Pada akhirnya, ini hanya merupakan pelecehan terhadap agama dan keyakinan mereka sendiri. 


Dan buat saya pribadi, saya bukan penganut poligami (tentu saja bukan, karena saya perempuan). Saya penganut paham "Selesaikan dulu hubungan yang lama, sebelum memulai hubungan yang baru". Argumen sengitpun berakhir. 

Comments

Popular Posts