Skip to main content

Featured

GARIS IMAJINER: SEJAUH MANA KITA PERLU BATASAN

Kita manusia, tidak bisa lepas dari peran kita sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, baik dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat luas. Terlepas dari peran apa pun yang kita mainkan dalam hidup ini, sangat penting bagi kita untuk menentukan batasan dalam berhubungan dengan orang lain, bahkan termasuk dengan keluarga dan sanak saudara sendiri.   Garis imajiner yang bernama batasan itu, walaupun tidak kasat mata, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk identitas, memfasilitasi pertumbuhan, dan menciptakan keseimbangan dalam kehidupan kita.   Batasan membantu kita memahami siapa diri kita sebagai individu. Garis tersebut menandai perbedaan antara apa yang kita anggap sebagai bagian dari diri kita dan apa yang bukan. Misalnya, batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi membantu kita mempertahankan keseimbangan yang sehat antara karier dan kebutuhan pribadi kita.   Tanpa batasan yang jelas, mudah bagi identitas kita untuk kabur. Ini dapat mengarah pada k

Target, Goal, atau Apapun Itu Namanya

Saya bukan orang yang rajin buat resolusi saat pergantian tahun. Belum pernah saya melakukan itu, setidaknya sampai awal tahun ini. Itu pun saya lakukan bukan di awal-awal sekali, mungkin di bulan kedua, baru saya menuliskan target, atau tepatnya mimpi yang ingin saya wujudkan di tahun ini.

Ada tiga mimpi yang saya tuangkan di atas kertas, saya cetak dengan tinta warna warni, huruf yang manis, dan gambar sebagai visualisasi mimpi saya. Kata orang, visualisasi bisa membantu kita untuk mewujudkan mimpi. Katanya lagi, alam semesta akan berkonspirasi supaya mimpi itu menjadi kenyataan. Kertas berisi tiga mimpi itu kemudian saya tempel di dinding kamar saya, biar bisa sering terlihat, dan saya bayangkan.

Tiga mimpi besar itu, yang pertama, saya harus jadi Konsultan HKI tahun ini. Kemudian, saya menuliskan punya rumah sendiri di mimpi yang kedua. Dan yang ketiga adalah menikah. Belum pertengahan tahun, saya sudah pastikan mimpi saya yang pertama tidak bisa diwujudkan tahun ini. Pelatihan konsultan HKI dibuka sekitar awal bulan Mei, saya baru mengetahuinya satu hari sebelum penutupan pendaftaran pelatihan tersebut, dan kebetulan saat itu saya sedang di Hong Kong. Dan melayanglah kesempatan saya untuk mimpi yang pertama itu.

Sampai lewat pertengahan tahun, belum ada tanda-tanda saya bisa mewujudkan kedua mimpi yang tersisa. Punya rumah sendiri, apa lagi menikah. Sama beratnya.

Tapi awal bulan September, saya mulai rajin lihat-lihat brosur rumah, rajin juga ke lokasi-lokasi perumahan yang sedang dibangun. Kemudian, setelah saya pikir bolak-balik, saya susun rasionalitasnya, akhirnya saya putuskan untuk mengambil KPR. Saya pun mengajukan KPR untuk 1 unit rumah di komplek perumahan yang berlokasi di Cimahpar, Bogor. Dan ternyata, permohonan KPR saya disetujui. Alhamdulillah. Walaupun itu juga menjadi beban keuangan buat saya, tapi harus saya usahakan, karena kalau tidak begitu, kapan saya bisa punya rumah sendiri?

Sepertinya, mimpi saya untuk bisa tinggal di rumah sendiri, kemungkinan bisa terwujud. Sementara untuk target menikah tahun ini, sepertinya agak terlalu tinggi untuk direalisasikan, mengingat tahun 2014 hanya menyisakan dua bulan lagi. Dan sama sekali belum ada tanda-tanda sang jodoh bakal datang, saya sendiri masih terjebak pada cinta utopia saya. Cinta di awang-awang. Cinta yang mematikan.

Rasanya tidak terlalu buruk ya, kalau satu dari tiga mimpi kita bisa diwujudkan. Mungkin mimpi yang lain akan menyusul, menunggu waktu yang tepat.

Comments

Popular Posts