Skip to main content

Featured

GARIS IMAJINER: SEJAUH MANA KITA PERLU BATASAN

Kita manusia, tidak bisa lepas dari peran kita sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, baik dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat luas. Terlepas dari peran apa pun yang kita mainkan dalam hidup ini, sangat penting bagi kita untuk menentukan batasan dalam berhubungan dengan orang lain, bahkan termasuk dengan keluarga dan sanak saudara sendiri.   Garis imajiner yang bernama batasan itu, walaupun tidak kasat mata, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk identitas, memfasilitasi pertumbuhan, dan menciptakan keseimbangan dalam kehidupan kita.   Batasan membantu kita memahami siapa diri kita sebagai individu. Garis tersebut menandai perbedaan antara apa yang kita anggap sebagai bagian dari diri kita dan apa yang bukan. Misalnya, batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi membantu kita mempertahankan keseimbangan yang sehat antara karier dan kebutuhan pribadi kita.   Tanpa batasan yang jelas, mudah bagi identitas kita untuk kabur. Ini dapat mengarah pada k

cheese cake dan air mata

Gak berasa, sudah lebih dua minggu saya menjalani pekerjaan baru saya di Kuala Lumpur. So far so good, so much like my expectation. Company yang merekrut saya sudah demikian berbaik hati menyediakan apartemen mewah (at least untuk ukuran saya), Northpoint residence, di lingkungan menengah ke atas KL, Mid Valley. Kantor ok, kerjaan juga ok. Intinya, I love what I'm doing, and I'm so thankful for that, for everything I've got now.

So, apa hubungannya antara cheese cake dan air mata? Honestly gak ada, sama sekali gak ada. Bukan air mata juga yang membuat tekstur cheese cake itu begitu lembut. Tapi khusus dalam kasus saya, kedua hal itu berhubungan.

Sabtu lalu, ketika saya gak ada acara apa-apa untuk menghabiskan wiken saya, siang setelah saya puas bermalas-malasan di apartmen sendirian (kebetulan housemates saya keluar semua), saya pergi ke MPH Bookstore di Mid Valley megamall yang jaraknya cuma selemparan batu, dihubungkan sama jembatan antar gedung. Setelah cape muter-muter di toko buku itu, saya menghempaskan diri saya di sudut food junction dengan seporsi claypot chicken rice with mushroom di hadapan saya.

Di situlah kemudian saya merasakan perasaan itu datang menyerang. Perlahan, rasa sepi, sendirian dan rindu keluarga nun di Depok sana, pelan tapi pasti merambat, menjalari hati saya, melewati setiap pembuluh darah saya. Saya berusaha menjinakkan perasaan itu dengan menjebakkan diri di tengah keramaian mall. Sampai saya merasa lelah dan kaki saya merajuk, tak mau lagi melangkah. Di sebuah toko kue, saya berhenti sebentar dan tak kuasa menahan diri untuk tidak mengeluarkan RM10.90 demi seloyang cheese cake dan RM2.90 untuk sepotong brownies.

Begitu tiba kembali di apartemen, saya benar-benar gak sampai hati untuk menikmati cheese cake itu. Seharusnya, cake selembut dan selezat itu tidak saya nikmati sendiri, seharusnya saya menikmatinya bersama orang tua saya, keponakan-keponakan saya yang bandel-bandel dan saudara-saudara saya yang lain. Akhirnya, saya hanya memandangi cheese cake itu sambil sesenggukkan.

Comments

Anonymous said…
jadi ke KL nya?

gak ada pamitan.....

huk...huk...hukkkk

Popular Posts