Skip to main content

Featured

Zidan Namanya

Zidan namanya. Pertama ketemu Zidan di tukang sempol ayam, dekat entrance 7 alun-alun Kota Bogor, tadi malam. Dia menawarkan donat, 1 pak isi 2 seharga Rp.5.000. Saya beli 1 pak dan menawarkan sempol ayam. Zidan mengangguk. Tadi pagi, di dalam alun-alun, saya bertemu Zidan lagi. Kali ini, dia tidak membawa donat, melainkan beberapa pak tissue. Saya tegur dia, "Hey, tadi malam jualan donat kan ya?" "Iya Bu, donat punya orang. Sekarang saya bawa tissue, ini juga punya orang. Ibu mau tissue?" Jawabnya. "Boleh deh satu", kata saya. Saya bayar tissuenya, " Ya Allah, makasih banyak Bu". Suara Zidan lirih. Hati saya teriris. Tiba-tiba seorang Ibu lewat sambil membentak, "Jangan di jalan dong!" Sorry, salah kami, ngobrolnya di jalur jalanan dalam alun-alun. Saya gandeng Zidan ke arah pilar taman, dan kemudian kami duduk ngobrol berdua. Kata Zidan ibunya sudah meninggal, ayahnya ngamen di alun-alun, dan kadang di Terminal Loji. "Bapak ngame...

Sari?? Tari??

Waktu saya baru aja jadi penghuni baru di tempat kos saya sekarang ini, saya sudah memperkenalken diri kalo nama saya Sari, itu sekitar bulan November 2007 lalu. Entah vocal saya yang terlalu merdu atau pendengaran si mbak asisten pribadi Ibu kos saya yang bermasalah, nama saya yang Sari itu pun terdengar menjadi Tari di telinganya.

Sebenernya saya sudah berniat (beberapa kali malah) untuk meralat nama saya setiap kali si mbak yang baik hati itu nyebut nama saya, tapi entah kenapa kok saya gak tega terus ya mo bilangnya. Lagi pula saya pikir, Tari kedengaran lebih manis dari pada Sari. Akhirnya sampe sekarang, sudah sekitar delapan bulanan gitu, jadilah saya Tari, bukan Sari, buat si mbak itu.

Comments

Popular Posts