Skip to main content

Featured

GARIS IMAJINER: SEJAUH MANA KITA PERLU BATASAN

Kita manusia, tidak bisa lepas dari peran kita sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, baik dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat luas. Terlepas dari peran apa pun yang kita mainkan dalam hidup ini, sangat penting bagi kita untuk menentukan batasan dalam berhubungan dengan orang lain, bahkan termasuk dengan keluarga dan sanak saudara sendiri.   Garis imajiner yang bernama batasan itu, walaupun tidak kasat mata, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk identitas, memfasilitasi pertumbuhan, dan menciptakan keseimbangan dalam kehidupan kita.   Batasan membantu kita memahami siapa diri kita sebagai individu. Garis tersebut menandai perbedaan antara apa yang kita anggap sebagai bagian dari diri kita dan apa yang bukan. Misalnya, batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi membantu kita mempertahankan keseimbangan yang sehat antara karier dan kebutuhan pribadi kita.   Tanpa batasan yang jelas, mudah bagi identitas kita untuk kabur. Ini dapat mengarah pada k

Potongan sabtu sore

Sabtu sore, sebenarnya saya tidak berniat ke mana-mana, selain karena saya ada pekerjaan yang harus saya selesaikan untuk minggu ini, juga karena belum lagi pertengahan bulan kondisi keuangan saya sudah megap-megap persis nasib ikan koki saya dulu yang akuarium bulat kecilnya sering diubek-ubek oleh keponakan saya yang super duper bandel. Ini lantaran beberapa hari lalu saya sempat dilarikan ke emergency di RS. Mitra, Jatinegara. Maka semakin terpuruklah perekonomian saya untuk bulan ini.

Tapi mau tidak mau, bangkrut tidak bangkrut, meskipun saya sedang malas dan kolaps, saya harus keluar rumah juga, cuma ke cc (cyber café , kedengarannya lebih keren ketimbang warnet :p) sih karena harus kirim kerjaan lainnya yang saya janjikan kelar sabtu ini. Malang tak bisa dicegah, untung tak bisa diraih, begitu saya sampai cc langganan saya, yang tidak terlalu jauh dari rumah, ternyata cc tersebut tutup. Akhirnya sayapun mencari cc lain yang lebih jauh dari rumah dan ongkos angkotnya pun tentu lebih mahal donk.

Begitu saya masuk cc yang baru pertama kali saya datangi itu, saya ambil tempat di bagian dalam, karena di bagian luar dekat nci operatornya, rame dengan anak-anak yang sedang ber-game online. Di bagian dalam, unit-unit PC nya terletak di kubikel-kubikel yang tersekat rapat, malah ada kain-kain hitam yang berfungsi sebagai tirai untuk menjaga privacy para user dari intipan user lainnya, biar tidak kelihatan situs apa yang sedang mereka buka. Entah kenapa, interiornya yang seperti itu malah membuat saya tidak nyaman sama sekali, pengap. Belum lagi saya menekan opsi start pada billingnya, saya mendengar suara-suara agak aneh dari kubikel paling pojok, yang letaknya benar-benar tersembunyi, si user pun bahkan gak kelihatan sama sekali.

Pertama saya mendengar bunyi berderit-derit, kemudian ada desahan kecil. Saya pikir itu hanya halusinasi saya aja karena ruangan yang tidak membuat saya merasa nyaman. Tapi kemudian saya mendengar suara desahan lagi, kali ini agak keras, kemudian suara pelan seorang perempuan, “sayaang aah..” Saya benar-benar yakin, itu bukan halusinasi saya, tapi memang ada suara-suara mendesah dan bisikan sayang dengan suara rendah. Saya menduga kalo di kubikel itu tidak hanya ada satu user, mungkin dua.

Saya berusaha untuk tidak memperhatikan, tapi ternyata kuping saya sensitif juga terhadap desahan-desahan tidak pada tempatnya itu. Saya tahu itu bukan urusan saya, tapi saya tetap saja terusik oleh rasa penasaran saya, lagi ngapain si tu orang *manusiawi dounk*. Walopun ada setan penasaran gentayangan dalam diri saya, tapi saya bertahan untuk tidak menghampiri kubikel pojok itu.

Sayapun meneruskan pekerjaan saya, buka email, log in YM, dan browsing beberapa situs. Timbul lagi desahan itu yang membuat saya pingin melempar speaker yang ada dekat saya ke arah sumber suara. Kemudian hening sebentar sebelum saya mendengar suara perempuan, “yang, udahan yuk.”

Selang beberapa saat, saya melihat dua orang abg, cowo dan cewe, dengan tampang kusut masai keluar dari kubikel bersuara aneh itu. Saya taksir, paling anak-anak SMU atau malah SMP yang baru lulus. Mendengar suara aneh dan melihat mereka keluar dari sang kubikel, walopun saya tidak tahu persis apa yang mereka lakukan di balik triplek bertirai kain hitam itu *su’udzon.com*, saya jadi ingat film Perempuan Punya Cerita , di mana di dalam kisah Jogja diceritakan ada cc yang sekalian menyediakan layanan kamar buat para usernya.

Pikiran buruk saya tentang apa yang mungkin mereka lakukan *hanya Tuhan, mereka berdua dan cicak menjijikkan yang merayap di tembok yang tahu apa sebenarnya yang mereka lakukan* kedua anak ingusan kemarin sore itu membuat saya berpikir, pastilah jauh lebih sulit jadi orang tua jaman sekarang ketimbang jaman nenek saya dulu.

Ah, teknologi memang benar-benar memberikan kemudahan dari berbagai sisi, tinggal kita saja harus pintar-pintar memilih mau sisi yang mana.

Comments

Popular Posts