Skip to main content

Featured

THE ART OF SELF-CARE: Memelihara Pikiran, Tubuh dan Jiwa

  Dunia semakin bergerak cepat. Semakin membuat kita mudah terjebak dalam hiruk pikuk kehidupan sehari-hari, sehingga sering kali aspek paling penting dalam hidup kita, yaitu perawatan diri, menjadi terabaikan. Perawatan diri bukanlah hal yang egois, melainkan hal mendasar yang memungkinkan kita mengisi ulang, meremajakan, dan tampil sebagai diri terbaik kita dalam semua aspek kehidupan.   Esensi Perawatan Diri   Perawatan diri adalah pendekatan holistik untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan emosional seseorang. Inti dari perawatan diri terletak pada kesadaran bahwa merawat diri sendiri bukanlah sebuah kemewahan melainkan sebuah kebutuhan.   Perawatan diri harus dilakukan secara menyeluruh untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Perawatan diri mencakup perawatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual.   1. Perawatan fisik   Perawatan secara fisik mencakup aktivitas yang meningkatkan kesejahteraan fisik. Ini termasuk olahraga teratur, diet seimbang, tidur

belahan jiwa

“Kamu percaya soulmate Jo?”
“Saya tidak tahu, tapi saya ingin percaya.”
“Aku percaya Jo, belahan jiwa itu ada.”
“Mungkin..”
“Ijinkan aku menemui kamu Jo, tunggu aku di Ngurah Rai. Aku ambil flight paling pagi ke Denpasar besok.”
“Kamu yakin?”
“Aku tidak pernah seyakin ini.”
Johana terdiam membeku, hanya mampu memandangi ponselnya yang telah mati. Sampai saat ini pun dia belum mampu berterus terang mengenai kondisi kesehatannya.
***
“Kamu pikir, setiap orang punya belahan jiwa?”
“Ya saya berpikir begitu Dan.”
“Dan kamu percaya setiap orang pada akhirnya akan bertemu dengan belahan jiwanya?”
“Mungkin…mungkin juga tidak.”
“Apakah kita berdua belahan jiwa?”
“Saya tidak tahu Dan, yang jelas saya merasa nyaman berbicara dengan kamu. Kamu seperti bagian diri saya yang hilang. Kamu melengkapi bagian yang hilang itu. Kamu ragu untuk menemui saya Dan?”
“Tidak, tidak sama sekali. Besok pagi aku akan terbang menemui kamu. Kita ketemu di Ngurah Rai. Tunggu aku di sana ya.”
Jidan melipat ponselnya, memandanginya sebentar sebelum memasukkannya ke saku celana khakinya.
***
“Jo..Johana! Oo maaf, saya kira anda orang yang saya tunggu.”
“Tidak apa-apa, saya juga sedang menunggu seseorang.”
“Sudah satu jam saya menunggu, tapi belum muncul juga.”
“O saya sudah hampir satu setengah jam nunggu, sebelum pesawat 07.10 dari Jakarta landed saya sudah ada di sini, tapi sekarang saya tidak yakin apa dia ikut dalam penerbangan tadi. Sepertinya semua penumpangnya sudah keluar ya”
“Saya di penerbangan yang sama lho. Gak coba telpon?”
“Oya? Kamu dari Jakarta juga? Udah berkali-kali saya coba telpon, tapi gak aktif henponnya. Kamu sendiri, udah coba telpon?”
“Sama, gak aktif juga.”
“Wah kita senasib ya, nunggu orang yang gak muncul-muncul.”
“Oya saya Damar, kamu?”
“Raya.”
***
Johana tak mampu lagi membuka matanya. Sel-sel darah putih itu telah menggerogoti pertahanan tubuhnya. Sementara di salah satu sudut Jakarta, di sebuah rumah sakit pemerintah, Jidan, korban kecelakaan maut di ruas jalan tol menuju bandara, kehilangan begitu banyak darah.

Comments

zuki said…
apa kabar? semoga sehat selalu .. :)

Popular Posts