Skip to main content

Featured

GARIS IMAJINER: SEJAUH MANA KITA PERLU BATASAN

Kita manusia, tidak bisa lepas dari peran kita sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, baik dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat luas. Terlepas dari peran apa pun yang kita mainkan dalam hidup ini, sangat penting bagi kita untuk menentukan batasan dalam berhubungan dengan orang lain, bahkan termasuk dengan keluarga dan sanak saudara sendiri.   Garis imajiner yang bernama batasan itu, walaupun tidak kasat mata, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk identitas, memfasilitasi pertumbuhan, dan menciptakan keseimbangan dalam kehidupan kita.   Batasan membantu kita memahami siapa diri kita sebagai individu. Garis tersebut menandai perbedaan antara apa yang kita anggap sebagai bagian dari diri kita dan apa yang bukan. Misalnya, batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi membantu kita mempertahankan keseimbangan yang sehat antara karier dan kebutuhan pribadi kita.   Tanpa batasan yang jelas, mudah bagi identitas kita untuk kabur. Ini dapat mengarah pada k

Tahu dan Susu Kedelai

Hari ini saya belajar satu hal dari sekolah kehidupan, bahwa berbagi tidak perlu menunggu sampai kita kaya dan berlebih. 

Hampir setiap pagi, saya membeli dua gelas susu kedelai dari penjual tahu dan susu kedelai yang selalu masuk komplek perumahan tempat saya tinggal. Kadang suka bosan juga, tapi saya usahakan tetap membeli minimal dua gelas susu kedelai, atau salah satu barang dagangan yang beliau bawa. Selain tahu dan susu kedelai, beliau juga suka membawa pepaya dan pisang. 

Ketika tadi pagi saya membeli susu kedelai seperti biasa, saya lihat beliau membawa pepaya dan pisang beberapa sisir. Selain susu kedelai, saya putuskan untuk membeli pepaya dan bertanya juga berapa harga pisang satu sisir. Kemudian beliau bilang, "Ngga apa-apa Ibu, kalau Ibu mau, ambil saja pisangnya, Ibu bayar untuk pepaya dan susu saja". 

Awalnya saya berkeras untuk membayar pisang, saya tidak mau merugikan bapak itu, tapi beliau tetap tidak mau menerimanya, "Ngga apa-apa Ibu, betul, Ibu bawa saja, pisang itu saya ambil dari kebun saya sendiri", begitu ujarnya, tetap menolak uang pembayaran saya untuk pisang tersebut. 

Tadinya, saya ingin tinggalkan saja uang di atas barang jualannya, tapi saya pikir, saya harus menghargai keinginan beliau untuk berbagi. Akhirnya saya simpan kembali sisa uang saya, sambil mengucapkan terima kasih setulusnya dan mendoakan rezeki yang lancar untuk beliau. 


Comments

Popular Posts