Skip to main content

Featured

Because White is Simple

  Simple white wooden open bookcase   4-Tier Wooden Open Bookcase - Modern Freestanding Bookshelf with Side Panels and Solid Wood Frame for Home and Office, Storage Cabinet, Warm White.  About this item DURABLE & STURDY - 1.6cm thick MDF board and 30mm diameter beech wood legs make the open bookshelf very sturdy and durable. Each shelf can hold at least 80lbs; USER-FRIENDLY DESIGN - Three 4.73" height side panels design on the edge of each tier shelf is high enough to keep your books neat, upright and keep items from slipping off. The rounded corners are designed to protect your family from injury. Anti-falling accessory included preventing injury from unexpected tipping of furniture; MULTI-PURPOSE SHELVING - You can place the shelving in the living room to display any crafts and decorations, in the study to store books or on the balcony for potted plants; ECO-FRIENDLY MATERIAL - The 4-tier bookcase is made of solid wood legs(beech) and P2 class environment protection plate a

Gambir sore itu

Seperti biasa, sore di Gambir selalu pengap, sesak, gerah dan bau keringat. Rengekan bocah, celoteh kaum komuter, lalu lalang orang dengan langkah tergesa, antrian panjang diloket tiket terlebih lagi pada hari jumat sore (loket tiket kereta ke Bandung selalu punya daftar antrian yang paling panjang), belum lagi announcer dengan suara pecah yang, demi Tuhan, sama sekali ngga merdu . Yaah, begitulah sore di Gambir. Selalu seperti itu.

Image hosted by Photobucket.com

Tapi ada suatu saat dimana Gambir tidak hanya seperti itu, dimana Gambir agak berbeda, lebih berwarna, lebih bergairah, biarpun lelah tetap membungkus sebagian besar kaum urban yang lebih memilih untuk bertempat tinggal didaerah-daerah penyangga Jakarta. Ketika sore di Gambir terasa lebih jingga, ketika penjaga peron terasa lebih ramah, ketika suara announcer tiba-tiba penuh dengan harmonisasi nada. Ketika itu, duduk diatas koran didalam kereta terasa jauh lebih nyaman ketimbang duduk diatas kursi kerja dikantor, suara riuh rendah penumpang seperti musik yang bernyanyi ditelinga, ketika itupun kerupuk kulit (hanya kerupuk kulit) dan segelas air mineral terasa lebih nikmat dari pada cemilan lain yang sering dibawa teman sekantor saya.

Yaa, ketika sore di Gambir seperti itulah saya selalu tidak sabar menantikan jam menunjukkan angka 5 (sore). Karena saya tahu, di Gambir telah menanti sore yang lebih jingga, suara-suara yang lebih merdu, dan letih yang terasa lebih manis. Pada saat itulah, saya lebih berharap kereta datang terlambat atau berjalan dengan kecepatan rendah agar dapat lebih lama merasakan nikmatnya duduk diatas koran, agar lebih lama dapat mendengarkan deburan yang bernyanyi dihati. Tapi ternyata kereta jarang sekali bisa memahami arti kompromi, pada saat itu justru ia datang tepat waktu dan berjalan dengan kecepatan penuh.

Sayangnya, sore yang ramah dan berbunga itu hanya berlangsung sangat sebentar untuk kembali pada sore yang biasa, yang hanya menyisakan lelah, pengap dan gerah. Dimana ketika saya selalu berharap kereta datang tepat waktu dan berjalan dengan kecepatan penuh, justru ia terus terlambat dan berjalan tanpa semangat :(


(…..yaah namanya juga kereta)

Comments

Ojan said…
lagi jatuh cinta ama penjaga peron ye?

Popular Posts